Pentingnya Pengajaran Bahasa Arab Bagi Anak-Anak Mellenial
Dalam Ruang Lingkup Negara Indonesia
Karya; Mashur Al Mutahar
Pendidikan adalah proses belajar mengajar antara
pengajar dengan yang diajar untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang diharapkan
dan akan menjadi sebuah bekal untuk masa depannya. Pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar di
sekolah antara guru dengan muridnya untuk mencerdaskan pada murid yang akan
menjadi penerus bangsa.
Proses pembelajaran secara langsung maupun tidak
langsung di pengajaran Bahasa Arab antara seseorang maupun golongan yang dengan
sengaja atau tidak disengaja melakukan kegiatan pembelajaran baik di sesuatu
ruangan maupun secara terbuka untuk menambahkan ilmu pengetahuan kepada
seseorang yang belum faham akan pendidikan itu.
Artikel ini membahas bagaimana pengajaran Bahasa Arab
di Indonesia ini di ruang lingkup yang tidak sama di setiap daerah
masing-masing. Sebagaimana yang sudah di terapkan di daerah kita, masih banyak
yang belum mengenal Bahasa Arab secara keseluruhan baik di daerah terpencil mau
pun di daerah terbesar yaitu di kota-kota tertentu yang sudah berstandar
internasional.
Pembelajaran
atau pun pengajaran Bahasa arab untuk anak-anak di Indonesia sangat kurang dan
belum menyeluruh di bandingkan dengan Bahasa Inggris, walaupun Bahasa Inggris
mereka pun masih sangat kurang untuk dasar mereka sandiri. Di sinilah harus ada
yang namanya pembelajaran di setiap sekolah-sekolah, karena selain pembelajaran
Bahasa Inggris saja itu sangat kurang sekali, maka Bahasa Arab pun harus di
kuasai oleh anak-anak di usia sini.
Pengajaran
Bahasa Arab sangat di butuhkan, karena Bahasa arab tidak di pelajari di agama
lain tapi di pelajari di agama islam. Jadi alangkah ruginya orang yang beragam
islam belum mengetahui Bahasa Arab sedikit pun. Memang Bahasa Arab bukanlah
Bahasa yang wajib untuk orang muslim Indonesia. tapi semua itu adalah
Pendidikan mengenai Bahasa untuk anak-anak Indonesia.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita tidak pernah lepas
dari yang namanya bahasa. Karena bahasa itu merupakan alat komunikasi kita
dengan lawan bicara agar pendengar ataupun lawan bicara kita dapat memahami dan
mengerti maksud yang kita ucapkan. Maka dari itu sangatlah penting bagi kita
untuk bisa menguasai bahasa-bahasa tertentu agar kita bisa bersifat kritis dan
mampu berbicara dengan orang lain dengan baik.
Jauh sebelum kita lahir, tepatnya berpuluh abad yang lalu
Al-Quran diturunkan kepada Nabi kita Muhammad saw yang mana tulisan dalam
Al-Quran itu dalam bentuk bahasa Arab. Kita sebagai umat islam sudah sepatutnya
bisa sedikit atau banyaknya mengerti tentang bahasa Arab, karena itu akan
menjadi alat kita untuk bisa membaca dan memahami Al-Quran dengan baik.
Terlebih lagi Al-Quran itu sumber ilmu yang sangat banyak yang ayat-ayatnya itu
masih bersifat umum. Maka dari itu, tugas kita untuk mendalami maksudnya dengan
mempelajari bahasa Arab dengan tekun.
Pada awalnya ilmu tulis menulis Al-Quran itu belum ada
pada zaman Nabi Muhammad. Barulah pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib ilmu
baris (ilmu nahwu) berkembang sehingga kita tahu cara penulisan Al-Quran dan
membacanya.
Maka dari itu, untuk mempermudah kita dalam mempelajari
bahasa Arab, mungkin makalah ini akan sedikit membantu kita dan memberikan
sedikit pencerahan tentang bagian dalam ilmu bahasa Arab yaitu “NAAT WA
MAN’UT”.
Bahasa Arab berbeda
dengan bahasa-bahasa lain yang menjadi alat komunikasi di kalangan umat
manusia. Ragam keunggulan bahasa Arab begitu banyak. Idealnya, umat Islam
mencurahkan perhatiannya terhadap bahasa ini. Baik dengan mempelajarinya untuk
diri mereka sendiri ataupun memfasilitasi dan mengarahkan anak-anak untuk
tujuan tersebut. Di masa lampau, bahasa Arab sangat mendapatkan tempat di hati
kaum muslimin. Ulama dan bahkan para khalifah tidak melihatnya dengan sebelah
mata. Fashahah (kebenaran dalam berbahasa) dan ketajaman lidah dalam berbahasa
menjadi salah satu indikasi keberhasilan orang tua dalam mendidik anaknya saat
masa kecil.
Redupnya pehatian terhadap bahasa Arab nampak ketika penyebaran
Islam sudah memasuki negara-negara 'ajam (non Arab). Antar ras saling
berinteraksi dan bersatu di bawah payung Islam. Kesalahan ejaan semakin dominan
dalam perbincangan. Apalagi bila dicermati realita umat Islam sekarang pada
umumnya, banyak yang menganaktirikan bahasa Arab masih. Yang cukup
memprihatinkan ternyata, para orang tua kurang mendorong anak-anaknya agar
dapat menekuni bahasa Arab.
Bahasa Arab adalah bahasa Nabi Muhammad dan bahasa verbal para
sahabat. Hadits-hadits Nabi yang sampai kepada kita dengan berbahasa Arab.
Demikian juga kitab-kitab fikih, tertulis dengan bahasa ini. Oleh karena itu,
penguasaan bahasa Arab menjadi pintu gerbang dalam memahaminya. Susunan kata bahasa Arab tidak banyak. Kebanyakan
terdiri atas susunan tiga huruf saja. Ini akan mempermudah pemahaman dan
pengucapannya. Indahnya kosa kata Arab. Orang yang mencermati ungkapan dan
kalimat dalam bahasa Arab, ia akan merasakan sebuah ungkapan yang indah dan
gamblang, tersusun dengan kata-kata yang ringkas dan padat.
Teguran
Keras Terhadap Kekeliruan Dalam Berbahasa. Berbahasa yang baik dan benar sudah
menjadi tradisi generasi Salaf. Oleh karena itu, kekeliruan dalam pengucapan
ataupun ungkapan yang tidak seirama dengan kaidah bakunya dianggap sebagai
cacat, yang mengurangi martabat di mata orang banyak. Apalagi bila hal itu
terjadi pada orang yang terpandang. Ibnul Anbari menyatakan: "Bagaimana
mungkin perkataan yang keliru dianggap baik…? Bangsa Arab sangat menyukai orang
yang berbahasa baik dan benar, memandang orang-orang yang keliru dengan sebelah
mata dan menyingkirkan mereka”.
Umar bin Khaththab pernah
mengomentari cara memanah beberapa orang dengan berucap: "Alangkah buruk
bidikan panah kalian". Mereka menjawab,”
قَوْمٌ
مُتَعَلِّمِيْنَ نَحْنُ (kami adalah para pemula), ” maka Umar berkata, ”Kesalahan
berbahasa kalian lebih fatal menurutku daripada buruknya didikan kalian… "
Perhatian Salaf Terhadap Bahasa
Arab. Umar bin Khaththab pernah menulis surat kepada Abu Musa yang berisi
pesan: "Amma ba'du, pahamilah sunnah dan pelajarilah bahasa Arab".
Pada kesempatan lain, beliau
mengatakan: "Semoga Allah merahmati orang yang meluruskan lisannya (dengan
belajar bahasa Arab)".
Pada kesempatan lain lagi, beliau
menyatakan: "Pelajarilah agama, dan ibadah yang baik, serta mendalami
bahasa Arab".
Beliau juga mengatakan:
"Pelajarilah bahasa Arab, sebab ia mampu menguatkan akal dan menambah
kehormatan".
Para
ulama tidak mengecilkan arti bahasa Arab. Mereka tetap memberikan perhatian
yang besar dalam menekuninya, layaknya ilmu syar'i lainnya. Sebab bahasa Arab
adalah perangkat dan sarana untuk memahami ilmu syariat.
Imam Syafi’i pernah berkata: “Aku
tinggal di pedesaan selama dua puluh tahun. Aku pelajari syair-syair dan bahasa
mereka. Aku menghafal Al Qur’an. Tidak pernah ada satu kata yang terlewatkan
olehku, kecuali aku memahami maknanya".
Imam Syafi’i telah mencapai
puncak dalam penguasaan bahasa Arab, sehingga dijuluki sebagai orang Quraisy
yang paling fasih pada masanya. Dia termasuk yang menjadi rujukan bahasa Arab.
Ibnul Qayyim juga dikenal
memiliki perhatian yang kuat terhadap bahasa Arab. Beliau belajar kepada Ibnul
Fathi Al Ba'li kitab Al Mulakhkhash karya Abul Baqa`, Al Jurjaniyah, Alfiyah
Ibni Malik, Al Kafiyah Asy Syafiah dan At Tashil. Beliau juga belajar dari Ali
bin Majd At Tusi.
Ulama lain yang terkenal memiliki
perhatian yang besar terhadap bahasa Arab adalah Imam Syaukani. Ulama ini
menimba ilmu nahwu dan sharaf dari tiga ulama sekaligus, yaitu : Sayyid Isma'il
bin Al Hasan, Allamah Abdullah bin Ismail An Nahmi, dan Allamah Qasim bin
Muhammad Al Khaulani.
Anak-Anak
Khalifah Juga Belajar Bahasa Arab.Para khalifah, dahulu juga memberikan
perhatian besar terhadap bahasa Arab. Selain mengajarkan pada anak-anak dengan
ilmu-ilmu agama, mereka juga memberikan jadwal khusus untuk memperdalam bahasa
Arab dan sastranya. Motivasi mereka, lantaran mengetahui nilai positif bahasa
Arab terhadap gaya ucapan mereka, penanaman budi pekerti, perbaikan ungkapan
dalam berbicara, modal dasar mempelajari Islam dari referensinya. Oleh karena
itu, ulama bahasa Arab juga memiliki kedudukan dalam pemerintahan dan dekat
dengan para khalifah. Para pakar bahasa menjadi guru untuk anak-anak khalifah.
Al Ahmar An Nahwi berkata,”Aku diperintahkan Ar Rasyid untuk
mengajarkan sastra Arab kepada anaknya, Muhammad Al Amin. Al Makmun dan Al Amin
juga pernah dididik pakar bahasa yang bernama Abul Hasan 'Ali bin Hamzah Al
Kisai yang menjadi orang dekat Khalifah. Demikian juga pakar bahasa lain yang dikenal
dengan Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin As Sari mengajari anak-anak Khalifah
Al Mu'tadhid pelajaran bahasa Arab. Juga Abu Qadim Abu Ja'far Muhammad bin
Qadim mengajari Al Mu'taz sebelum memegang tampuk pemerintahan”.
Pengaruh
Bahasa Arab untuk pendididkan. Mempermudah Penguasaan Terhadap
Ilmu Pengetahuan.
Islam sangat menekankan
pentingnya aspek pengetahuan melalui membaca. Allah berfirman.
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Bacalah dengan nama Rabb-mu yang
menciptakan. [QS. Al 'Alaq : 1].
Melalui bahasa Arab, orang dapat
meraih ilmu pengetahuan. Sebab bahasa Arab telah menjadi sarana mentransfer
pengetahuan.
Bukti
konkretnya, banyak ulama yang mengabadikan berbagai disiplin ilmu dalam
bait-bait syair yang lebih dikenal dengan nazham (manzhumah atau nazhaman).
Dengan ini, seseorang akan relatif lebih mudah mempelajarinya, lantaran
tertarik pada keindahan susunannya, dan menjadi keharusan untuk menghafalnya
bagi orang yang ingin benar-benar menguasainya dengan baik. Sebagai contoh,
kitab Asy Syathibiyah Fi Al Qiraati As Sab'i Al Mutawatirati 'Anil Aimmati Al
Qurrai As Sab'ah, adalah matan syair yang berisi pelajaran qiraah sab'ah,
karangan Imam Al Qasim bin Firah Asy Syathibi. Buku lain berbentuk untaian bait
syair. Kemudian Al Jazariyah, yaitu buku tentang tajwid karya Imam Muhammad bin
Muhammad Al Jazari. Dalam bidang ilmu musthalah hadits, ada kitab Manzhumah Al
Baiquniyah, karya Syaikh Thaha bin Muhammad Al Baiquni. Dan masih banyak contoh
lainnya.
Meningkatkan
Ketajaman Daya Pikir. Dalam hal ini, Umar bin Khaththab berkata,”Pelajarilah
bahasa Arab. Sesungguhnya ia dapat menguatkan akal dan menambah kehormatan.” Pengkajian
bahasa Arab akan meningkatkan daya pikir seseorang, lantaran di dalam bahasa
Arab terdapat susunan bahasa indah dan perpaduan yang serasi antar kalimat. Hal
itu akan mengundang seseorang untuk mengoptimalkan daya imajinasi. Dan ini
salah satu factor yang secara perlahan akan menajamkan kekuatan intelektual
seseorang. Pasalnya, seseorang diajak untuk merenungi dan memikirkannya.
Renungkanlah firman Allah:
وَمَن
يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَآءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ
تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
Barangsiapa yang menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. [QS. Al Hajj : 31].
Lantaran
dahsyatnya bahaya syirik kepada Allah, maka permisalan orang yang melakukannya
bagaikan sesuatu yang jatuh dari langit yang langsung disambar burung sehingga
terpotong-potong tubuhnya. Demikian perihal orang musyrik, ketika ia
meninggalkan keimanan, maka syetan-syetan ramai-ramai menyambarnyanya sehingga
terkoyak dari segala sisi, agama dan dunianya, mereka hancurkan.
Orang
yang menyelami bahasa Arab, akan membuktikan bahwa bahasa ini merupakan sarana
untuk membentuk moral luhur dan memangkas perangai kotor. Jadi, bahasa Arab
tetap penting, Bahkan menjadi ciri khas kaum muslimin. Seyogyanya menjadi
perhatian kaum muslimin. Dengan memahami bahasa Arab, penguasaan terhadap Al
Qur’an dan As Sunnah menjadi lebih mudah. Pada gilirannya, akan mengantarkan
orang untuk dapat menghayati nilai-nilainya dan mengamalkannya dalam kehidupan.